Memperdalam Tentang “Lesson Study”, Essawa Sambangi SMP N 1 Sewon

Berita, Kegiatan 0

Foto: Seorang siswa sedang melakukan penghitungan beban pada konsep Pesawat Sederhana

Bantul- Kemarin rabu (27/09) beberapa guru karyawan SMP Negeri 1 Wates berkunjung ke SMP Negeri 1 Sewon untuk mengenal lebih jauh mengenai Lesson Study. SMP Negeri 1 Sewon memang sudah beberapa tahun menerapkan sistem Lesson Study.  Ibu Dra. Erni Etik Suyanti, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Wates memang memprogramkan kedepan sistem ini sudah bisa diterapkan disekolah. Langkah awal yang dilakukan dengan melakukan kunjungan ke SMP Negeri 1 Sewon untuk belajar dan mengamati kegiatan Open Class sebagai proses penerapan Lesson Study. Kegiatan kunjungan dimulai dengan acara pembukaan dan pengantar oleh Ibu Sarjiyem, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Sewon yang dihadiri oleh pengawas kedua sekolah dan guru karyawan. Pengamatan Open Class berlangsung pada jam pelajaran IPA yang dimulai pada pukul 09.15 hingga pukul 11.00 kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dan penyampaian hasil observasi dari beberapa observer yang terjadwal. observasi dan pengamatan dikhususkan dan dibatasi hanya pada obyek siswa. Kegiatan berlangsung lancar menghasikan kesimpulan dan masukkan yang membangun.

Perlu diketahui bersama bahwa Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik (guru) melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip colleagues and mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Artinya lesson study bukan metode atau strategi pembelajaran, namun melalui lesson study dapat diterapkan berbagai pembaharuan pembelajaran berdasarkan situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi guru.

Lesson study dilaksanakan dalam 3 tahapan, yaitu:

  1. perencanaan (plan);
  2. pelaksanaan (do); dan
  3. refleksi (see).

Melalui tahap-tahap ini lesson study merupakan kegiatan yang berkelanjutan dalam memperbaiki kualitas (continuous quality improvement).

Pada tahap perencanaan (plan) dilakukan perancangan pembelajaran yang berpusat pada siswa, agar mereka berpartisipasi aktif. Perencanaan yang baik dilakukan secara berkolaborasi antar guru atau antar beberapa guru dengan bantuan dosen sebagai nara sumber untuk memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dengan menganalisis permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Hal ini dapat bersumber pada materi pelajaran/ bidang studi yang masih perlu diperdalam guru, atau paedagogi bidang studi yang meliputi pendekatan, metode, media, strategi dan evaluasi pembelajaran. Permasalahan yang berhubungan dengan pendekatan dan metode bersumber pada kesesuaiannya dengan karakteristik materi pembelajaran yang perlu diketahui guru. Permasalahan media dan strategi pembelajaran erat hubungannya dengan tersedianya fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan pembeljaran. Permasalahan evaluasi pembelajaran berhubungan erat dengan pengetahuan guru tentang cara pengukuran ketercapaian standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) oleh siswa, berdasarkan standar isi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) no 22 tahun 2005; dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Indonesia. Dalam hal ini guru perlu memperdalam pengetahuannya tentang berbagai cara evaluasi pembelajaran bidang studi.

Berdasarkan permasalahanyang dihadapi guru bersama kelompoknya berdiskusi untuk menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi, yang dituangkan dalam bentuk rancangan pembelajaran atau rencana pelaksanaan pebelajaran (RPP). Mengingat banyak permasalahan yang biasa dihadapi guru, maka perlu disusun strategi prioritas untuk menanggulanginya. Misalnya dipilih bersama masalah mana yang ingin dipecahkan terlebih dahulu, mana yang berikutnya dan seterusnya.

Apabila permasalahannya terletak pada bidang materi dan paedagogi, maka guru perlu mendalami materi pelajaran dengan melakukan analisis materi/ analisis konsep, untuk menemukan karakteristik konsep yang akan dipelajari siswa. Apabila guru memerlukan pengayaan, maka dosen dari perguruan tinggi sebagai nara sumber menyediakan diri untuk berkonsultasi. Selanjutnya apabila permasalahan yang dihadapi terkait dengan fasilitas pembelajaran, maka yang perlu dicari guru adalah teaching material yang murah (low cost), terdapat di lingkungan sekitar sekolah (local material); dan yang terpenting adalah merancang pembelajaran yang berbasis aktivitas siswa (hands-on) yang membangkitkan kegiatan berpikir siswa ( minds-on). Hal ini akan berhubungan langsung dengan rancangan lembar kerja siswa (LKS) yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk membantu siswa menguasai materi pembelajaran. Dengan demikian permasalahan yang berhubungan dengan media dan strategi pembelajaran dapat diatasi. Dalam upaya ini kelompok guru dapat saling bertukar pikiran, pengalaman dan informasi tentang pengalaman mereka masing-masing dalam membelajarkan topik yang dipilih tersebut. Rancangan penggunaan teaching material yang baru perlu diujicobakan terlebih dahulu oleh kelompok guru yang membuat rancangan tersebut. Pada tahap ini biasanya dosen dari perguruan tinggi memberikan masukan kepada para guru untuk meningkatkan kualitas rencana pemecahan masalah para guru, terutama dari segi kebenaran kajian teoretik dan kemungkinan diterapkannya gagasan tersebut agar siswa tidak salah konsep. Apabila permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan evaluasi pembelajaran, maka para guru dapat pula bertukar informasi sesamanya mengenai hal tersebut dan dosen dari perguruan tinggi memberikan pengayaan teori evaluasi pembelajaran kepada para guru apabila dirasakan perlu. Kegiatan-kegitan ini merupakan ajang belajar bersama (mutual learning) dalam pendalaman teori yang dimiliki guru.

Langkah ke dua dalam lesson study adalah pelaksanaan pembelajaran (do) untuk menerapkan RPP yang telah dibuat kelompok oleh salah seorang guru yang pada kegiatan persiapan telah disepakati kelompok untuk menjadi ”guru model” di sekolah yang telah disepakati pula. Guru-guru dan dosen anggota kelompok bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Kepala sekolah dan pengawas juga bertindak sebagai pengamat pembelajaran. Jadi pembelajaran dilakukan secara terbuka (open lesson). Pengamat tidak boleh mengintervensi pembelajaran dan tidak mengganggu kelancaran pembelajaran. Pengamat menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya yang berpusat pada aktivitas siswa, yaitu interaksi siswa-siswa, siswa- bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan. Pengamatan dilakukan bukan untuk mengevaluasi guru, tetapi mengevaluasi pembelajaran.Biasanya para pengamat berdiri di bagian kiri dan kanan kelas dan tidak berkomunikasi antar sesamanya selama pembelajaran berlangsung. Untuk studi lebih lanjut atau dokumentasi pengamat dapat melakukan video-shooting atau memotret dengan kamera digital.

Langkah ke tiga dalam lesson study yaitu refleksi pembelajaran (see) yang dilakukan setelah selesai pembelajaran. Kegiatan ini merupakan diskusi yang dipandu oleh kepala sekolah atau orang yang berwenang untuk membahas pembelajaran, misalnya guru inti atau fasilitator dari MGMP. Mula-mula guru model menyampaikan kesan-kesan dari pembelajaran yang dilaksanakannya. Kemudian pengamat diminta menyampaikan komentar, kritik, saran dan lesson learnt dari pembelajaran yang telah berlangsung, terutama yang berhubungan dengan aktivitas siswa belajar.Guru model menerima masukan dari pengamat untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam rancangan pmbelajaran selanjutnya. Berdasarkan masukan pada tahap refleksi pembelajaran ini dirancang pembelajaran berikutnya yang akan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian perbaikan-perbaikan pembelajaran akan berlangsung terus-menerus, dan kualitas pembelajaran senantiasa ditingkatkan sepanjang masa.

Melalui kegiatan ini tercipta suasana pembelajaran bersama, yang disebut ”komunitas belajar”dalam merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan pembelajaran. Diterapkannya hasil kegiatan ini di kelas diharapkan mendorong dipercepatnya peningkatan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lewis, Perry dan Hurd (2003) manfaat lesson study meliputi meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajaran, cara mengobservasi aktivitas belajar siswa, menguatnya hubungan kolegialitas antar pengamat baik guru maupun bukan guru, menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang, meningkatnya motivasi guru untuk selalu berkembang, meningkatnya kualitas RPP termasuk komponen-komponennya dan strategi pembelajaran. Jadi secara umum lesson study bukan hanya peningkatan kualitas pembelajaran saja, melainkan juga peningkatan profesionalisme guru dan kolaborasi di antara guru maupun antara guru dengan komponen-komponen pendidikan yang lain (dosen, kepala sekolah, pengawas, guru inti sebagai fasilitator MGMP).

(dnr/red. sumber artikel mengenai Lesson study: kkgtellobaru.wordpress.com)

author

Author: 

Related Posts

Leave a Reply